Kebenaran Kisah Dracula (Vampir)


Assalamualaikum wr. wb.
hi sobat blogger, mungkin sebagian besar masih banyak yang belum mengetahui tentang Kebenaran Siapa itu Dracula / Vampir !
Jika Anda di tanya mengenai sosok ini, anda akan beranggapan bahwa Dracula / Vampir itu hanyalah toko Fiksi yang hidup di malam hari dan suka menghisap darah manusia, dan hidup abadi ( Immortal) !

Dracula Fiksi

sorry kalau gambar nya serem !

atau dracula / vampir yang satu ini, yang lebih modern nih !


Pasti pada tau kan Film ini . .
ok, itu gambaran vampir jika kita tanyakan kepada orang lain !
sekarang jika anda ditanya tentang Sultan Mahmud II ( Sultan Mehmed II ), apa deskripsi anda tentang beliau?
sebagian besar orang mungkin saja belum banyak yang mengetahui tentangnya!
kenapa bisa begitu ?
jawabnya adalah karena masyarakat sekarang sudah ditutup pengetahuannya tentang sejarah masa perang salib, ada kisah dibalik perang salib yang ingin disembunyikan oleh bangsa barat!
dengan cara membuat tokoh dracula tersebut tampak seperti fiksi atau khayalan belaka yang di kemas dalam bentuk media yang sangat apik untuk di saksikan!

ok, biar lebih jelanya langsung aja ke pembahasannya sobat!

Sebuah Fakta yang Terkubur!
Kisah hidup Dracula merupakan salah satu contoh bentuk penjajahan sejarah yang begitu nyata yang dilakukan Barat. Kalau film Rambo merupakan suatu fiksi yang kemudian direproduksi agar seolah-olah menjadi nyata oleh Barat, maka Dracula merupakan kebalikannya, tokoh nyata yang direproduksi menjadi fiksi. Bermula dari novel buah karya Bram Stoker yang berjudul Dracula, sosok nyatanya kemudian semakin dikaburkan lewat film-film seperti Dracula’s Daughter (1936), Son of Dracula (1943), Hoorof of Dracula (1958), Nosferatu (1922)-yang dibuat ulang pada tahun 1979-dan film-film sejenis yang terus-menerus diproduksi.
Vlad III ( Vlad Draculea )




Lantas, siapa sebenarnya Dracula itu?

Asal Usul nama Dracula
Lambang Ordo Naga
Raja Sigismund dari Hungaria, yang menjadi Kaisar Romawi Suci pada 1410, mendirikan sebuah ordo persaudaraan rahasia ksatria yang disebut Ordo Naga untuk menegakkan agama Kristen dan membela Kekaisaran melawan Turki Ottoman. Lambang ordo ini adalah seekor naga, sayap diperpanjang, tergantung pada salib. Ayah Vlad III (Vlad II) diterima di Ordo sekitar 1431 karena keberaniannya dalam melawan Turki. Dari 1431 dan seterusnya Vlad II memakai lambang ordo ini dan kemudian, sebagai penguasa Wallachia, ia menggunakan koin dengan simbol naga.

Kata untuk naga di Rumania adalah "drac" dan "ul. Ayah Vlad III kemudian dikenal sebagai "Vlad Dracul," atau "Vlad sang naga." Di Rumania akhiran "ulea" berarti "anak". Di bawah penafsiran ini, Vlad III sehingga menjadi Vlad Dracula, atau "anak naga." (Kata "drac" juga berarti "Iblis" dalam bahasa Rumania. Dengan demikian mengambil makna ganda bagi musuh-musuh Vlad Tepes dan ayahnya.) 


Awal Mula VladIII
Vlad III lahir di bulan November atau Desember 1431 di kota Transylvania Sighisoara. Pada saat itu ayahnya, Vlad II (Vlad Dracul), tinggal di pengasingan di Transylvania. Rumah tempat ia dilahirkan masih berdiri. Terletak di lingkungan yang sejahtera dikelilingi oleh rumah-rumah Saxon dan Pedangang Magyar juga kaum bangsawan. 

Vlad III ( Vlad Draculea )
Sedikit yang diketahui tentang tahun-tahun awal kehidupan Vlad III. Dia punya kakak laki-laki, Mircea, dan adik laki-laki, Radu the Handsome. Pendidikan awal didapt dari tangan ibunya, seorang bangsawan Transylvania, dan keluarganya. Pendidikan sebenarnya dimulai pada 1436 setelah ayahnya berhasil mengklaim tahta Wallachia dengan membunuh saingannya Danesti. Pelatihan ini khas-nya serupa dengan anak-anak bangsawan di seluruh Eropa. Guru pertamanya dalam keksatriaan adalah seorang BOYAR tua yang telah berjuang melawan Turki di pertempuran Nicolopolis. Vlad mempelajari semua keterampilan perang dan politik yang dianggap perlu untuk ksatria Kristen. 



Pada tahun 1444, pada usia tiga belas tahun, Vlad muda dan adiknya Radu dikirim ke Adrianopel sebagai sandera, untuk memenuhi tuntutan Sultan. Dia tetap di sana sampai 1448, pada saat ia dibebaskan oleh orang Turki, yang mendukung dia sebagai kandidat mereka untuk Wallachian takhta. adik laki-laki Vlad tampaknya memilih untuk tetap tinggal di Turki, di mana ia dibesarkan. (Radu ini kemudian didukung oleh Turki sebagai calon untuk Wallachian takhta, bertentangan dengan saudaranya sendiri, Vlad.) 

Seperti yang dinyatakan sebelumnya, Vlad III masa pemerintahannya cukup singkat (dua bulan), dan baru pada 1456, di bawah dukungan Hunyadi dan Kerajaan Hungaria ia kembali ke takhta. Ia mendirikan gedung Pemerintahan di kota Tirgoviste, dan mulai membangun benteng agak jauh di pegunungan dekat Sungai Arges. Sebagian besar terkait dengan kekejaman Vlad III terjadi selama waktu ini.
 


Latar Belakang Sejarah 
Untuk menghargai kisah Vlad III penting bagi kita untuk memahami kekuatan sosial dan politik di wilayah tersebut selama abad ke-15. Dalam pengertian luas ini adalah kisah perjuangan untuk memperoleh kendali Wallachia, sebuah wilayah Balkan (di selatan saat ini Rumania) yang terletak secara langsung antara dua kekuatan besar dari Hungaria dan Kekaisaran Ottoman. 

Daerah Kekuasaan Kerajaan Turki Ottoman (Utsmani) , terlihat sekali bahwa Kerajaan Wallachia adalah tetangga terdekat yang menyerang Kota Konstantinopel

Daerah Kerajaan Wallachia dan Transylvania yang saat ini bernama Rumania



Selama hampir seribu tahun Konstantinopel telah berdiri sebagai pelopor melindungi Bizantium atau Kekaisaran Romawi Timur, dan memblokir akses Islam ke Eropa. Meskipun demikian, Dinasti Ottoman berhasil menembus jauh ke Balkan selama waktu ini. Dengan jatuhnya Konstantinopel pada tahun 1453 di bawah Sultan Muhammad sang Penakluk, semua umat Kristen tiba-tiba terancam oleh kekuatan bersenjata bangsa Turki Ottoman. Kerajaan Hongaria di utara dan barat Wallachia, yang mencapai puncaknya pada waktu yang sama, melanjutkan mantel kuno sebagai pembela Kristen. 

Para penguasa Wallachia dengan demikian dipaksa untuk menenangkan kedua kerajaan untuk menjaga kelangsungan hidup mereka, sering kali membangun aliansi dengan satu atau yang lain, tergantung pada apa yang melayani kepentingan diri mereka pada waktu itu. Vlad III dikenal oleh orang-orang Rumania untuk keberhasilannya dalam menghadai serbuan bangsa Bangsa Turki dan membangun kemerdekaan dan kedaulatan (walaupun untuk waktu yang relatif singkat). 

Faktor lain yang mempengaruhi kehidupan politik adalah sarana suksesi tahta Wallachia. Tahta itu turun-temurun, tetapi bukan oleh hukum hal anak sulung yang berhak atas tahta. The Boyars (bangsawan kaya pemilik tanah) memiliki hak untuk memilih voivode (pangeran) dari antara berbagai anggota keluarga kerajaan yang memenuhi syarat. Hal ini memungkinkan untuk suksesi takhta melalui cara-cara kekerasan. Pembunuhan dan kekerasan untuk menggulingkan kelompok2x yang memerintahpun merajalela. Pada kenyataannya, baik Vlad III dan ayahnya dibunuh pesaing untuk mencapai tahta Wallachia



Fakta Yang Terungkap

Dalam buku berjudul “Dracula, Pembantai Umat Islam Dalam Perang Salib” karya Hyphatia
Cneajna ini, sosok Dracula dikupas secara tuntas.



Buku Karya Hyphatia Cneajna
Dalam buku ini dipaparkan bahwa Dracula merupakan pangeran Wallachia , keturunan Vlad Dracul. Dalam uraian Hyphatia tersebut sosok Dracula tidak bisa dilepaskan dari menjelang periode akhir Perang Salib. Dracula dilahirkan ketika peperangan antara Kerajaan Turki Ottoman-sebagai wakil Islam-dan Kerajaan Honggaria-sebagai wakil Kristen-semakin memanas. Kedua kerajaan tersebut berusaha saling mengalahkan untuk merebutkan wilayah-wilayah yang bisa dikuasai, baik yang berada di Eropa maupun Asia . Puncak dari peperangan ini adalah jatuhnya Konstantinopel- benteng Kristen-ke dalam penguasaan Kerajaan Turki Ottoman.

Gambar yang melukiskan tentang penyulaan (Impaler) oleh Vlad Dracul terhadap kaum muslimin di 
Konstantinopel

Dalam babakan Perang Salib di atas Dracula merupakan salah satu panglima pasukan Salib. Dalam peran inilah Dracula banyak melakukan pembantain terhadap umat Islam. Hyphatia memperkirakan jumlah korban kekejaman Dracula mencapai 300.000 ribu umat Islam. Korban-korban tersebut dibunuh dengan berbagai cara.
cara-cara tersebut bisa dikatakan sangat biadab-yaitu dibakar hidup-hidup, dipaku kepalanya, dan yang paling kejam adalah disula. Penyulaan merupakan cara penyiksaan yang amat kejam, yaitu seseorang ditusuk mulai dari anus dengan kayu sebesar lengan tangan orang dewasa yang ujungnya dilancipkan. Korban yang telah ditusuk kemudian dipancangkan sehingga kayu sula menembus hingga perut, kerongkongan, atau kepala. Sebagai gambaran bagaimana situasi ketika penyulaan berlangsung penulis mengutip pemaparan Hyphatia:

Ketika matahari mulai meninggi Dracula memerintahkan penyulaan segera dimulai. Para prajurit melakukan perintah tersebut dengan cekatakan seolah robot yang telah dipogram. Begitu penyulaan dimulai lolong kesakitan dan jerit penderitaan segera memenuhi segala penjuru tempat itu. Mereka, umat Islam yang malang ini sedang menjemput ajal dengan cara yang begitu mengerikan. Mereka tak sempat lagi mengingat kenangan indah dan manis yang pernah mereka alami.”


Tidak hanya orang dewasa saja yang menjadi korban penyulaan, tapi juga bayi. Hyphatia memberikan pemaparan tetang penyulaan terhadap bayi sebagai berikut:

“Bayi-bayi yang disula tak sempat menangis lagi karena
mereka langsung sekarat begitu ujung sula menembus perut mungilnya.
Tubuh-tubuh para korban itu meregang di kayu sula untuk menjemput ajal.”

Kekejaman seperti yang telah dipaparkan di atas itulah yang selama ini disembunyikan oleh Barat. Menurut Hyphatia hal ini terjadi karena dua sebab. Pertama, pembantaian yang dilakukan Dracula terhadap umat Islam tidak bisa dilepaskan dari Perang Salib. Negara-negara Barat yang pada masa Perang Salib menjadi pendukung utama pasukan Salib tak mau tercoreng wajahnya. Mereka yang getol mengorek-ngorek pembantaian Hilter dan Pol Pot akan enggan membuka “kebusukan” mereka sendiri.
Hal ini sudah menjadi tabiat Barat yang selalu ingin menang sendiri. Kedua, Dracula merupakan pahlawan bagi pasukan Salib. Betapapun kejamnya Dracula maka dia akan selalu dilindungi nama baiknya. Dan, sampai saat ini di Rumania , Dracula masih menjadi pahlawan. Sebagaimana sebagian besar sejarah pahlawan-pahlawan pasti akan diambil sosok superheronya dan dibuang segala kejelekan, kejahatan dan kelemahannya.


Bram Stroker, Pengarang Cerita Drakula

Guna menutup kedok kekejaman mereka, Barat terus-menerus menyembunyikan siapa sebenarnya Dracula. Seperti yang telah dipaparkan di atas, baik lewat karya fiksi maupun film, mereka berusaha agar jati diri dari sosok Dracula yang sebenarnya tidak terkuak. Dan, harus diakui usaha Barat untuk mengubah sosok Dracula dari fakta menjadi fiksi ini cukup berhasil. Ukuran keberhasilan ini dapat dilihat dari seberapa banyak masyarakat-khususnya umat Islam sendiri-yang mengetahui tentang siapa sebenarnya Dracula. Bila jumlah mereka dihitung bisa dipastikan amatlah sedikit, dan kalaupun mereka mengetahui tentang Dracula bisa dipastikan bahwa penjelasan yang diberikan tidak akan jauh dari penjelasan yang sudah umum selama ini bahwa Dracula merupakan vampir yang haus darah.

Selain membongkar kebohongan yang dilakukan oleh Barat, dalam bukunya Hyphatia juga mengupas makna salib dalam kisah Dracula. Seperti yang telah umum diketahui bahwa penggambaran Dracula yang telah menjadi fiksi tidak bisa dilepaskan dari dua benda, bawang putih dan salib. Konon kabarnya hanya dengan kedua benda tersebut Dracula akan takut dan bisa dikalahkan. Menurut Hyphatia pengunaan simbol salib merupakan cara Barat untuk menghapus pahlawan dari musuh mereka-pahlawan dari pihak Islam-dan sekaligus untuk menunjukkan superioritas mereka.


Siapa pahlawan yang berusaha dihapuskan oleh Barat tersebut? Tidak lain Sultan Mahmud II (di Barat dikenal sebagai Sultan Mehmed II). 

Sultan Mehmed II (Wikipedia)
Sang Sultan merupakan penakluk Konstantinopel yang sekaligus penakluk Dracula. Ialah yang telah mengalahkan dan memenggal kepala Dracula di tepi Danua Snagov. Namun kenyataan ini berusaha dimungkiri oleh Barat. Mereka berusaha agar merekalah yang bisa mengalahkan Dracula. Maka diciptakanlah sebuah fiksi bahwa Dracula hanya bisa dikalahkan oleh salib. Tujuan dari semua ini selain hendak mengaburkan peranan Sultan Mahmud II juga sekaligus untuk menunjukkan bahwa merekalah yang paling superior, yang bisa mengalahkan Dracula si Haus Darah. Dan, sekali lagi usaha Barat ini bisa dikatakan berhasil.


Sultan Muhammad Al-Fatih saat berhasil merebut kembali Kota Konstantinopel


Utusan Sultan Mehmed II di Kastil Vlad Dracul (Wikipedia)


yang sampai saat ini belum terungkap dengan jelas, keturunan Dracula, macam-macam penyiksaan Dracula dan sepak terjang Dracula yang lainnya.

Sebagai penutup tulisan ini bisa disimpulkan bahwa suatu penjajahan sejarah tidak kalah berbahayanya dengan bentuk penjajahan yang lain-politik, ekonomi, budaya, dll. Penjajahan sejarah ini dilakukan secara halus dan sistematis, yang apabila tidak jeli maka kita akan terperangkap di dalamnya. Oleh karena itu, sikap kritis terhadap sejarah merupakan hal

yang amat dibutuhkan agar kita tidak terjerat dalam penjajahan sejarah. Sekiranya buku karya Hyphatia ini-walaupun masih merupakan langkah awal-bisa dijadikan pengingat agar kita selalu kritis terhadap sejarah karena ternyata penjajahan sejarah itu begitu nyata ada di depan kita.

Wikipedia pun mengkonfirmasikan eksistensi historis Dracula yang membantai ribuan Muslim dengan cara   menusuk/mensula (impale) "





Sumber : Dracula, Pembantai Umat Islam dalam Perang Salib
Ditulis pada Maret 1, 2008 oleh agungsulistyo (Makalah ini disampaikan dalam bedah buku Dracula, Pembantai Umat Islam dalam Perang Salib” di auditorium Fakultas Ilmu Budaya UGM Oleh: Ragil Nugroho)























2 komentar:

  1. Terimakasih,Sy jadi tahu kebenaran Sejarah itu sebenarnya...Itulah Dunia barat penuh dengan kebohongan dan kemunafikan.

    BalasHapus
  2. iya mas, makasih udah mampir :D

    BalasHapus